Oleh— M u h a m m a d A l f a r i e z i e
Lampungku39– Kota Bandar Lampung memerlukan revitalisasi lingkungan, bukan sebatas mengandalkan rekayasa cuaca untuk mengendalikan curah hujan guna meminamilisir banjir.
Meski tidak separah saat banjir bandang yang melanda kawasan Telukbetung dan Panjang pada awal tahun 2025 di bulan Januari lalu, tapi banjir yang merendam sebagaian Kecamatan Tanjungsenang pada Sabtu, 22 Februari 2025 juga wajib menjadi perhatian karena berulang terus menerus.
Selain itu, sebagian Kecamatan Rajabasa, Kedaton hingga Kedamaian juga turut terendam bencana alam yang seakan tidak pernah ada solusinya ini.
Pada banjir awal Januari 2025 lalu, tercatat ada korban jiwa akibat tersengat listrik saat hendak menyelamatkan diri dari arus deras.
Begitu juga pada banjir di bulan Februari 2025 ini, warga menemukan mayat terseret arus hingga ke Campang Raya dan satu lagi, pasangan suami istri tewas tertimbun longsor di Kecamatan Tanjungkarang Barat.
Terbukti, rekayasa cuaca sebatas program kerja jangka pendek yang sifatnya hanya meredam bencana ekologis, padahal, bencana ekologis macam ini sudah menjadi perhatian khusus bagi Walhi dan Lampungku39 pada tahun-tahun bahkan jauh sebelum Pilkada tahun 2024.
Namun sayangnya tidak ada catatan digital bahwa pemerintah merencanakan pembangunan revitalisasi lingkungan yang dapat mencegah bencana ekologis. Misal, Ruang Terbuka Hijau Publik Bersarana Olahraga yang dapat menjadi area resapan air serta sebagai tempat revitalisasi udara perkotaan.
Kota Bandar Lampung, benar-benar membutuhkan suatu pembangunan dan sub-sub pembangunan yang mengarah pada kelayakan dan perbaikan kualitas hidup masyarakatnya.***